Jumat, 02 Maret 2012

ANATOMI SALURAN PERNAPASAN

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

1.    Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernapas lagi”. Mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) yang merupakan sumber tenaga bagi tubuh yang harus dipasok terus menerus, serta mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) yang merupakan bahan toksin yang harus segera dikeluarkan dari tubuh (Hood. A & H. Abdul. M, 2010: 7).
Aktivitas pernapasan (respirasi) terdiri atas empat bagian yaitu:
a.    Ventilasi, yaitu gerakan keluar masuk udara dari paru (inspirasi dan ekspirasi).
b.    Difusi, yaitu gerakan oksigen dan karbondioksida antara udara di dalam alveolus dan darah di dalam kapiler sekitar alveolus.
c.    Transportasi, yaitu pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh darah.
d.    Metabolisme jaringan, yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan jaringan (John Gibson, 2002: 148).
Menurut  Irman Soemantri (2008: 2) Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:
a.    Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway) dengan fungsi utama sebagai berikut:
1)    Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2)    Protection (perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing.
3)    Warming, filtrasi, dan humidifikasi yakni sebagai bagian yang menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembapan udara yang diinspirasi (dihirup).
b.    Saluran Pernapasan Bawah (Lower Airway) yang secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya, yaitu:
1)    Saluran udara konduktif, sering disebut sebagai percabangan trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang terdiri atas trakhea, bronkhus, dan bronkhiolus.
2)    Saluran respiratorius terminal (kadang kala disebut dengan acini) yang berfungsi sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal (saluran pernapasan paling ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
Susunan saluran pernapasan terdiri dari:
a.    Anatomi Saluran Pernapasan Atas
1)    Hidung
2)    Sinus Paranalis
3)    Faring
4)    Laring
b.    Anatomi Saluran Pernapasan Bawah
1)    Saluran Udara Konduktif
a)    Trakhea
b)    Bronkhus dan bronkhiolus
2)    Saluran Respiratorius Terminal
a)    Alveoli
b)    Sirkulasi Pulmonal
c)    Paru–paru
a.    Anatomi Saluran Pernapasan Atas
Saluran pernapasan atas terbagi atas:
1)    Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Reseptor bau terletak pada cribrifrom plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial 1 (Nervous Olfactorius). Bagian–bagian hidung yaitu:
a)    Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
b)    Lapisan tengah terdiri dari otot–otot dan tulang rawan (kartilago).
c)    Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat–lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah :
(1)    Konka nasalis inferior ( karang hidung bagian bawah).
(2)    Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah).
(3)    Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
2)    Sinus Paranalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilarris. Sinus berfungsi untuk:
a)    Membantu menghangatkan dan humidifikasi (pengatur kelembapan udara).
b)    Meringankan berat tulang tengkorak.
c)    Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi
(Irman Soemantri, 2008: 5)
3)    Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (±13 cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai pada persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu:
a)    Di belakang hidung (naso-faring), terdapat pada superior di area epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius.
b)    Di belakang mulut (oro-faring), berfungsi untuk menampung udara dari nasofaring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili palatine (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).
c)    Di    belakang laring (laringo–faring), merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan dengan esophagus dan pita suara (vocal cord) yang berada dalam trachea. Laringo faring berfungsi pada saat proses menelan dan respirasi (Irman Soemantri, 2008: 5-6).
4)    Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang–tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutup laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain :
a)    Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adam’s apple), sangat terlihat jelas pada pria.
b)    Kartilago aritenoid (2 buah) yang berbentuk baker.
c)    Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.
d)    Kartilago epiglottis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitilium berlapis. Pita suara ini berjumlah 2 buah: di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang disebut dengan ventikularis; di bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk suara yang disebut vokalis, terdapat 2 buah otot. Oleh gerakan 2 buah otot ini maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sini terbentuklah suara (Syaifuddin, 2006: 194).
b.    Anatomi Saluran Pernapasan Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
1)    Saluran Udara Konduktif
a)    Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra torakal ke-7 yang bercabang menjadi 2 bronkhus. Ujung cabang trachea disebut carina. Trachea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cicin kartilago berbentuk huruf C. pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak (pseudostratified ciliated columnar epithelium) yang mengandung banyak sel goblet yang mensekresikan lendir (mucus) (Irman Soemantri, 2008: 7).
b)    Bronkhus dan bronkhiolus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan kelanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V. Bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping kearah tampak paru–paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6–8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9–12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang–cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli (Syaifuddin, 2006: 195).
Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago. sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/ lubang kecil yang teletak antar alveoli yang berfungsi mencegah kolaps alveoli (Irman Soemantri, 2008: 7-8).
2)    Saluran Respiratorius Terminal
a)    Alveoli
Parenkim paru–paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru–paru. perenkim itu mengandung berjuta–juta unit alveolus. Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan  akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri atas  bronkhiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli.
Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi yang baru lahir. Seiring dengan pertumbuhan usia, jumlah alveoli pun bertambah dan akan mencapai jumlah yang sama dengan orang dewasa pada usia 8 tahun, yakni 300 juta alveoli. Setiap unit alveoli menyuplai 9–11 prepulmonari dan pulmonari kapiler (Irman Soemantri, 2008: 8).
b)    Sirkulasi Pulmonal
Suplai darah ke dalam paru–paru merupakan sesuatu yang unik. Paru–paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru–paru. Arteri bronkhialis berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkhus. Vena bronkhialis akan mengalirkan darah menuju vena pulmonalis.
Arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke paru–paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengintari dan menutupi alveolus merupakan kontak yang diperlukan untuk pertukaran gas antara alveolus dan darah (Irman Soemantri, 2008: 10).
c)    Paru–paru
Paru–paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel–sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru–paru kiri dan kanan). Paru–paru di bagi dua :
(1)    Paru–paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior.
(2)    Paru–paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Diantara lobus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap–tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Didalam lobulus, bronkiolus ini bercabang–cabang banyak sekali, cabang–cabang ini di sebut duktus alveolus. Letak paru–paru di rongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru–paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru–paru di bungkus oleh selaput yang dinamakan pleura (Syaifuddin, 2006: 196).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar