Rabu, 20 April 2011

Konsep WSD

A.  Konsep Water Seal Drainage (WSD)
1.   Pengertian
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura dengan menggunakan pipa penghubung.

Gambar 2. 1   Pemasangan Selang WSD
2.  Tujuan
a.       Mengalirkan/drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk                            mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.
Gambar 2. 2   Drainage Udara Atau Cairan Dari Rongga Pleura
b.      Mengembangkan kembali paru yang kolaps
c.       Memasukkan obat ke dalam rongga pleura.
3.      Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan
Istirahat
Inspirasi
Ekspirasi
Atmosfir
760
760
760
Intrapulmoner
760
757
763
Intrapleural
756
750
756

4.  Indikasi Pemasangan WSD
a.      Hematotoraks
b.      Efusi pleura dengan keganasan
c.      Pneumotoraks lebih dari 20 %
d.      Hidropneumothoraks
e.      Empiema

Gambar 2. 3   Pneumotoraks


Gambar 2.4   Gambaran Radiologis Pneumotoraks
Gambar 2. 5   Efusi Pleura/Empiema/Hematotoraks
Gambar 2. 6   Gambaran Radiologis Efusi Pleura

5.  Kontra Indikasi Pemasangan WSD
a.       Hematothoraks masif yang belum mendapat penggantian cairan/darah
b.      Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
c.       Perlekatan pleura yang luas.

6.  Tempat Pemasangan WSD
a.  Bagian Apex paru
Yaitu pada anterolateral intercosta 1-2 yang berfungsi untuk  mengeluarkan udara dari rongga pleura.
b.  Bagian Basal
Yaitu pada posterolateral intercosta ke 8-9 yang berfungsi untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.

7.  Jenis-jenis WSD
a.  WSD dengan sistem satu botol
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam dua cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi. Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan.
b.  WSD dengan sistem dua botol
Digunakan dua botol,  satu botol mengumpulkan cairan drainage dan botol kedua sebagai  water seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2. Prinsip kerjasama dengan sistem satu botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD. Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemotothoraks, hemopneumothoraks dan efusi peura.
c.  WSD dengan sistem tiga botol
Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD.  Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3 mempunyai 3 selang yaitu tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua,  tube pendek lain dihubungkan dengan suction dan tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer.
Gambar 2. 7   Botol WSD
Gambar 2. 8   Suction Continous WSD
8.  Komplikasi Pemasangan WSD
a.       Laserasi, mencederai organ (hepar, lien)
b.      Perdarahan
c.       Empisema Subkutis
d.      Tube terlepas
e.       Infeksi
f.        Tube tersumbat

9.  Persiapan Pemasangan WSD
a.  Pengkajian
1)      Memeriksa kembali instruksi dokter
2)      Mencek inform consent
3)      Mengkaji tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien.
b.  Persiapan Pasien
1)      Siapkan pasien
2)      Memberi penjelasan kepada pasien meliputi :
a)      Tujuan tindakan
b)      Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD,   posisi klien dapat duduk atau berbaring
c)      Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti  nafas dalam dan distraksi
d)      Foto thoraks posterior-anterior dan lateral paru.

c.   Persiapan alat dan bahan meliputi :
1)      Trokar/toraks drain dengan nomor yang disesuaikan dengan bahan yang akan dialirkan, untuk udara nomor 18-20 dan untuk pus nomor 22-24.
2)      Kasa steril
3)      Plester
4)      Alkohol 70% dan bethadin 10%
5)      Spuit 5 cc sebanyak 2 buah
6)      Lidocain solusio injeksi untuk anestesi local sebanyak 5 ampul
7)      Botol WSD
8)      Satu buah meja dengan satu set bedah minor
9)      Duk steril
10.   Prosedur Tindakan
a.        Posisi pasien dengan sisi yang sakit menghadap ke arah dokter     dengan disandarkan pada kemiringan 30o-60o, tangan sisi paru yang sakit diangkat ke atas kepala
b.        Lakukan tindakan antiseptic menggunakan bethadin 10% dilanjutkan dengan menggunakan alkohol 70% dengan gerakan berputar ke arah luar, pasang duk steril dengan lubang tempat di mana akan dilakukan insersi kateter
c.        Lakukan anestesi lokal lapis demi lapis dari kulit hingga pleura parietalais menggunakan lidocain solusio injeksi, jangan lupa melakukan aspirasi sebelum mengeluarkan obat pada setiap lapisan. Anestesi dilakukan pada daerah yang akan di pasang WSD atau pada intercostalis 4-5 anterior dari mid axillary line
d.        Langsung lakukan punksi percobaan menggunakan spuit anestesi tersebut
e.        Lakukan sayatan pada kulit memanjang sejajar intercostalis lebih kurang 1 cm lalu buka secara tumpul sampai ke pleura
f.          Disiapkan jahitan matras mengelilingi kateter
g.        Satu tangan mendorong trokar dan tangan lainnya memfiksir trokar untuk membatasi masuknya alat ke dalam rongga pleura. Setelah trokar masuk ke dalam rongga pleura, stilet dicabut dan lubang trokar di tutup dengan ibu jari. Kateter yang sudah diklem pada ujung distalnya di insersi secara cepat melelui trokar ke dalam rongga pleura. Kateter diarahkan ke anteroapikal pada pneumothoraks dan posterobasal pada cairan pleura/empiema. Trokar dilepas pada dinding dada. Kateter bagian distal dilepas dan trokar dikeluarkan
h.        Setelah trokar ditarik, hubungkan kateter dengan selang dan masukkan ujung selang ke dalam botol WSD yang telah diberi larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9% dan pastikan ujung selang terendam sepanjang dua cm
i.          Perhatikan adanya undulasi pada selang penghubung dan terdapat cairan, darah dan pus yang dialirkan atau gelembung udara pada botol WSD.
j.          Fiksasi kateter dengan jahitan tabbac sac, lalu tutup dengan kasa steril yang telah di beri bethadin dan fiksasi ke dinding dada dengan plester.
(Standar Diagnosis & Terapi Gawat Darurat, 2007:  70-72)

11.  Pedoman pencabutan

a.   Kriteria pencabutan :
1)      Sekrit serous, tidak hemoraged
2)      Dewasa : jumlah kurang dari 100cc/24jam
3)      Anak – anak : jumlah kurang 25-50cc/24jam
4)      Paru mengembang dengan tanda :
a)      Auskultasi suara napas vesikuler kiri dan kanan
b)      Perkusi bunyi sonor kiri dan kanan
c)      Fibrasi simetris kiri dan kanan
d)      Foto toraks paru yang sakit sudah mengembang
b.        Kondisi :
1)      Pada trauma
Hemato/pneumothorak yang sudah memenuhi kedua kriteria,   langsung dicabut dengan cara air-tight (kedap udara).
2)      Pada thoracotomi
Infeksi : klem dahulu 24 jam untuk mencegah resufflasi, bila baik cabut
3)      Post operatif : bila memenuhi kedua kriteria, langsug di cabut (air-tight)
4)      Post pneumonektomi : hari ketiga bila mediastinum stabil (tak perlu air-tight).
c.        Alternatif
1)      Paru tetap kolaps, hisap sampai 25 cmH20
2)      Bila kedua krieria dipenuhi, klem dahulu 24 jam, tetap baik lakukan  pencabutan.
3)      Bila tidak berhasil, tunggu sampai dua minggu, lakukan  dekortikasi
4)      Sekret lebih dari 200cc/24jam : curiga adanya Chylo toraks (pastikan dengan pemeriksaan laboratorium), pertahankan sampai dengan empat minggu, bila tidak berhasil  dilakukan toracotomi
5)      Bila sekret kurang dari 100cc/24jam, klem, kemudian dicabut.

C.     Konsep Perawatan WSD
  1. Persiapan Alat :
a.       Satu buah meja dengan satu set bedah minor
b.      Botol WSD berisi  larutan bethadin yang telah diencerkan      dengan NaCl 0,9% dan  ujung selang terendam sepanjang dua cm.
c.       Kasa steril dalam tromol
d.      Korentang
e.       Plester dan gunting
f.        Nierbekken/kantong balutan kotor
g.       Alkohol 70%
h.       Bethadin 10%
i.         Handscoon steril
2.  Persiapan Pasien dan Lingkungan
a.       Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b.      Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
c.       Membebaskan pakaian pasien bagian atas
d.      Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien
e.       Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.
3.  Pelaksanaan Perawatan WSD
a.       Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
b.      Membuka set bedah minor steril
c.       Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati,    balutan kotor dimasukkan ke dalam nierbekken
d.      Mendisinfeksi luka dan selang dengan kasa alkohol 70% kemudian dengan bethadin 10%
e.       Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotong tengahnya   kemudian diplester
f.        Selang WSD diklem
g.       Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol
h.       Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian selang WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru
i.         Klem selang WSD dibuka
j.        Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk efektif
k.      Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
l.         Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu pasien dalam posisi yang paling nyaman
m.     Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian di sterilisasi kembali
n.       Membuka handscoon dan mencuci tangan
o.      Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan.
3.      Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD
Evaluasi pelaksanaan perawatan WSD meliputi :
a.       Evaluasi keadaan umum :
1)      Observasi keluhan pasien
2)      Observasi gejala sianosis
3)      Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dada
4)      Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSD
5)      Observasi tanda-tanda vital.
b.  Evaluasi ekspansi paru meliputi :
1)      Melakukan pemeriksaan Inspeksi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
2)      Melakukan pemeriksaan Palpasi  paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
3)      Melakukan pemeriksaan Perkusi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
4)      Melakukan pemeriksaan Auskultasi paru setelah selesai melakukan perawatan WSD
5)      Foto thoraks setelah dilakukan pemasangan selang WSD dan  sebelum selang WSD di lepas.
c.  Evaluasi WSD meliputi :
1)      Observasi undulasi pada selang WSD
2)      Observasi fungsi suction countinous
3)      Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipat
4)      Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD
5)      Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada 2  cm di bawah air
6)      Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuh
7)      Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh.                       (Pedoman Keterampilan Praktik Klinik Keperawatan. 2005: 49-50).











DAFTAR RUJUKAN

Muttaqin, A. 2007. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Pernapasan.        Aplikasi Pada Praktek Klinik Keperawatan. Banjarmasin, Unpublished

-------2007.  SOP & SAK Ruang Dahlia (Paru) RSUD Ulin Banjarmasin… Komite Keperawatan & Ketehnisian Medik

-------2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Pernapasan, Jakarta. Salemba Medika.

SMF Paru RSUD Ulin Banjarmasin. 2007. Standar Diagnosis & Terapi Gawat Darurat. Banjarmasin

Somantri, I. 2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Medika Salemba.

Yayasan Sepuluh Juni Akademi Perawatan Pandan Harum, 2005. Pedoman Keterampilan Praktek Klinik Keperawatan. Banjarmasin

Murjani, 2010. Gambaran Pelaksanaan Perawatan WSD Terhadap Penyakit Paru oleh Perawat di RSUD Ulin Banjarmasin 2010. STIK Muhammadiyah Bajarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar