EFUSI
PLEURA
1.
Pengertian
Efusi
pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002: 593).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura
viselaris (Arif Muttaqin, 2008: 126).
2.
Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi:
a. Transudat dapat
disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom
nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior dan
sindrom Meigs.
b. Eksudat
disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, kanker paru/malignansi, infark paru,
radiasi, dan penyakit kolagen.
3.
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura di
bentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler, filtrasi
ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura,
selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat),
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultraviltrat plasma
(transudat). Efusi yang berhubungan dengan pleuritis di sebabkan oleh
peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder terdapat peradangan atau
neoplasma.
Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah
atau gagal jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya
secara maksimal ke seluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan cairan
yang berada didalam pembuluh darah pada area tersebut akan menjadi bocor dan
masuk ke dalam pleura, ditambah dengan adanya reabsorsi cairan tadi oleh
kelenjar limfe di pleura mengakibatkan pengumpulan cairan yang abnormal atau
berlebihan. Hipoalbuminemia (misal pada klien nefrotik sindrom, malabsorsi atau
keadaan lain dengan asites) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
pembentukan cairan pleura dan reabsorsi yang kurang. Hal tersebut dikarenakan
adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler yang diakibatkan
cairan akan lebih mudah masuk kedalam rongga pleura.
4.
Tanda dan Gejala
Keluhan
Utama
Sesak napas, rasa berat pada dada, terutama setelah
beraktifitas, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernapas serta batuk non
produktif.
Pemeriksaan
Fisik
Inspeksi
·
Peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan (sesak napas)
·
penggunaan otot bantu pernapasan
·
Bentuk dada lebih cembung disisi
paru yang sakit
·
Gerak dada tertinggal disisi paru
yang sakit)
·
Pelebaran ICS disisi paru yang sakit).
·
Dapat disertai batuk produktif
dengan sputum purulen.
Palpasi
·
Taktil fremitus : getaran menurun
terutama bila jumlah cairannya >300 cc.
·
Pergerakan dinding dada tertinggal disisi
paru yang sakit.
·
Pendorongan mediastinum kearah
hemithoraks kontralateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus cordis.
Perkusi : redup hingga pekak disisi paru yang sakit, tergantung
dari jumlah cairannya.
Auskultasi: Tidak terdengar suara napas disisi paru yang sakit
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Fhoto thorax AP-Lat
·
Sudut costapenik dan kardiopenik
tumpul/hilang
·
Tampak garis datar yang menunjukkan
batas antara paru dengan cairan
·
Gambaran opasitas/warna putih
·
Terdorongnya mediastinum pada sisi
yang berlawanan dengan cairan
b.
Pemeriksaan laboratorium
·
Analisa cairan pleura untuk
mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura, misalnya akibat TB Paru
·
Citologi cairan pleura untuk
mengetahui adanya keganasan sel/malignansi
·
Biopsi pleura; berguna untuk
mengambil specimen jaringan pleura melalui biopsi. Biopsi ini di lakukan untuk
mengetahui adanya kuman-kuman penyakit seperti tuberkolosis
5. Komplikasi
Pada setiap efusi pleura selalu ditakutkan terjadinya infeksi sekunder (empiema).
Juga terjadinya Schwarte yaitu
gumpalan fibrin yang akan melekatkan pleura viseralis dan pleura parietalis
setempat. Schwarte ini tentunya akan mengurangi
kemampuan ekspansi paru sehingga akan menurunkan kemampuan
bernapas penderita karena ganguan retraksi berupa penurunan
kapasitas vital. Kemudian karena fibrin ini akan mengalami retraksi, maka akan timbul deformitas dan kemunduran faal paru
akan lebih parah lagi
6. Penatalaksanaan
Torakosentesis yaitu aspirasi cairan
pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostic maupun terapiutik.
Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah
bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior dengan memakai jarum
abboket nomor14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari
1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi,jika aspirasi dilakukan sekaligus
banyak, maka akan menimbulkan syok pleural atau edem paru. Edem paru terjadi
karena paru terlalu cepat mengembang.
Pengelolaan efusi pleura ditujukan
untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan cairan (thorakosentesis).
Indikasi untuk melakukan thorakosentesis adalah :
a. Menghilangkan
sesak napas disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura.
b. Bila terapi
spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi
reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000 cc, terutama
pada efusi pleura transudat, karena pengambilan cairan pleura dalam waktu
singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang ditandai
dengan batuk dan sesak.
Kerugian thorakosentesis adalah:
a. Dapat
menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura.
b. Dapat
menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat terjadi
pneumothoraks
8. Prognosis
Dengan semakin majunya ilmu kedokteran, dunia farmasi dan teknologi kedokteran,
pada umumnya prognosis efusi pleura adalah baik, tentunya kecuali bila penyakit
dasarnya adalah suatu keganasan
9. Pengkajian Keperawatan
. Data Fokus
1. TTV : TD, RR, N, T .......kesadaran CM, GCS 456
2. Anamnesa :
Pasien mengeluh sesak napas bila bergerak, rasa tertekan pada dada saat
bernapas
3. Inspeksi :
· Tampak sesak
napas tanpa/bila bergerak/beraktivitas
· Bentuk dada
(D/S) lebih cembung
· Pergerakan dada
(D/S) saat bernapas tertinggal
· Ruang
intercosta (D/S) melebar
· Deviasi trakea
kesisi yang sehat
4. Palpasi :
Taktil fremitus : tidak teraba getaran
pada paru (D/S)
5. Perkusi :
Redup/Pekak pada sisi paru (D/S)
6. Auskultasi :
Tidak terdengar suara napas pada sisi
paru (D/S)
7. Foto thorax :
Tampak gambaran
warna putih pada paru (D/S), sinuscostapenik
dan kardiopenik tumpul, tampak garis batas cairan
C. Analisis Data
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
DS :
· Pasien mengeluh sesak napas bila
bergerak, rasa tertekan pada dada saat bernapas
DO :
Inspeksi :
· Tampak sesak
napas tanpa/bila bergerak/beraktivitas
· Tampak
gelisah
· Bentuk dada
(D/S) lebih cembung
· Pergerakan
dada (D/S) saat bernapas tertinggal
· Ruang
intercosta (D/S) melebar
· Deviasi
trakea kesisi yang sehat
Palpasi :
· Taktil
fremitus : tidak teraba getaran pada paru (D/S)
Perkusi :
· Redup/Pekak
pada sisi paru (D/S)
Auskultasi :
· Tidak terdengar
suara napas pada sisi paru (D/S)
Foto thorax :
Tampak gambaran warna putih pada paru (D/S), sinus ), sinuscostapenik dan kardiopenik tumpul,
tampak garis batas cairan
|
Ekspansi paru
yang tidak maksimal akibat adanya penumpukan cairan dalam rongga pleura
|
Pola napas
tidak efektif
|
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosis :
Pola napas
tidak efektif B/D ekspansi paru yang tidak maksimal akibat adanya penumpukan
cairan dalam rongga pleura, ditandai dengan : DS-DO
Tujuan :
Dalam waktu ...
x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas kembali efektif
Kreteria Hasil :
· TTV dalam batas normal
· Pasien tidak sesak napas bila bergerak
· Bentuk dada (D/S) simetris
· Pergerakan dada (D/S) simetris
· Ruang intercosta (D/S) tidak melebar
· Deviasi trakea tidak ada
· Taktil fremitus : teraba getaran simetris
· Perkusi : sonor simetris
· Auskultasi : vesikuler simetris
· Foto thorax : Tidak tampak gambaran efusi pleura
Intervensi :
1.
Kaji status pernapasan
2.
Ukur TTV
3.
Atur posisi : fowler/semi fowler/miring kesisi paru yang
sakit
4.
Oksigenasi
5.
Jelaskan penyebab sesak napas
6.
Ajarkan latihan napas dalam
7.
Kolaborasi medis :
· Tindakan torakosintesis (funksi cairan pleura)
Implementasi :
1.
Mengkaji status pernapasan (frekuensi, kedalaman, pola
napas, saturasi oksigen, dLL.....)
2.
Mengukur TTV tiap .....menit/jam
3.
Mengatur posisi : fowler/semi fowler/miring kesisi paru
yang sakit
4.
Memberikan oksigen ....lpm nasal kanul
5.
Menjelaskan penyebab sesak napas
6.
Mengajarkan latihan napas dalam
7.
Kolaborasi medis :
· Tindakan torakosintesis / pemasangan
WSD ( menyiapkan pasien, lingkungan/ruang
tindakan , alat, membantu pelaksanaan, membereskan alat dan evaluasi
pasien post tindakan )
Evaluasi :
S :
· Pasien mengatakan sesak napas sudah
berkurang, terasa lebih ringan saat bernapas, masih ada rasa sesak napas bila
bergerak
O
· Tampak sesak
napas berkurang, pasien terlihat lebih tenang
· TTV : TD, RR,
N, T
· Cairan pleura
yang dikeluarkan sebanyak ... cc, warna
kuning muda/hemoragis/keruh
· Palpasi :
teraba getaran dibagian atas paru, masih tidak teraba getaran dibagian bawah
· Perkusi : sonor
dibagian atas paru, masih redup/pekak dibagian bawah
· Auskultasi :
vesikuler dibagian atas paru, masih tidak terdengar suara napas dibagian bawah
A
Masalah pola napas tidak efektif
teratasi sebagian
P
Lanjutkan intervensi no 1,2,3,5,6
Kolaborasi medis :
·
Pemeriksaan analisa cairan pleura
·
Pemeriksaan citologi cairan pleura
·
Fhoto thorax ulang
·
Torakosintesis ulang